THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

GUNADARMA UNIVERSITY

Powered By Blogger

Kamis, 31 Maret 2011

industrialisasi

Negara yang sedang berkembang pada umumnya memiliki jumlah penduduk banyak, yang secara potensial masih harus dikembangkan lagi agar menjadi modal dasar pembangunan yang efektif. Peningkatan mutu modal insani tersebut mutlak perlu dikembangkan jika negara tersebut ingin melihat pembangunan yang sedang diupayakan berhasil mencapai tujuannya. Hal ini juga berlaku di Indonesia,perubahan masa depan yang akan terjadi di Indonesia menyangkut dimensi sosial, politik, kultural serta ekonomi di mana Indonesia mulai masuk era industrialisasi. Industrialisasi bertujuan menjadikan sektor industri yang mantap, kuat dan stabil melalui usaha terpadu yang melibatkan seluruh rakyat dengan berlandaskan azas demokrasi ekonomi, pemerataan dan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor dan tetap memelihara kelestarian lingkungan hidup. Industri yang maju di dalamnya terkandung struktur sosial yang kokoh, masyarakatnya memiliki nilai budaya yang mampu menjadi acuan dalam mengembangkan dan meningkatkan produksi, dan terkait erat dengan kegiatan ekonomi umumnya, dan didukung oleh penguasaan teknologi (pendidikan dan pengetahuan) serta mempunyai daya saing yang kuat dalam memasuki pangsa pasar global, baik AFTA 2003, maupun pasar bebas 2010 bagi negara maju dan 2020 bagi negara berkembang. Adapun dimensi budaya tampak pada tumbuh dan berkembangnya nilai budaya baru dalam lingkungan keluarga yang sangat bermanfaat bagi kebutuhan masyarakat industri, seperti disiplin yang tinggi, taat beribadah dan memiliki motivasi yang tinggi. Fenomena selanjutnya, perubahan dari sikap dan tingkah laku dogmatik dengan adat istiadat irasional yang kuat, konsumtif, dan kekerabatan yang tinggi akibat banyaknya waktu luang pada masyarakat agraris kemudian menjadi sikap dan tingkah laku yang rasional, etos kerja yang tinggi, disiplin waktu, hemat, kompetisi, berprestasi, orientasi ke masa depan, spesialisasi pekerjaan berdasarkan pendidikan, kerja keras, produktif, mandiri dan kreatif.
Pengertian industrialisasi
Industrialisasi adalah sistem produk yang muncul dari pengembangan, penelitian dan sistem perekonomian yang sudah moderen, yang di landasi dengan pembagian tenaga kerja dan spesialisasi yang ahli sertamenggunakan alat bantu mekanik, kimiawi, mesin dan organisasi serta intelektual dalam produksi.
Industri secara kasar dapat dibagi dua, yaitu industri jasa dan industri yang menghasilkan barang-barang. Sektor industri yang menghasilkan barang-barang adalah pertanian, pertambangan, industri pengolahan, konstruksi, air, gas dan listrik, sedangkan industri jasa yakni perdagangan, angkutan (transportasi), pemerintahan, perbankan, asuransi persewaan dan jasa-jasa lainnya. Secara umum sektor-sektor industri tadi dibagi atas sektor primer, sekunder dan tersier.
Secara ideal, proses industrialisasi bertujuan untuk perubahan struktur ekonomi sehingga terjadi penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi dan secara ekonomis masyarakat akan lebih makmur.
Kemajuan proses industrialisasi dapat juga diukur dengan melihat jumlah kebutuhan yang berasal dari industri pengolahan. Semakin banyak jenis kebutuhan manusia dalam lingkungan tertentu dipenuhi oleh hasil-hasil industri pengolahan dapat juga dijadikan pertanda maju atau terlambatnya proses itu berlangsung.
Bagi Indonesia, alasan untuk melakukan industrialisasi mempunyai berbagai alasan yang kuat yaitu untuk maju. Akan tetapi ada dua hal yang penting yang perlu diperhitungkan, apakah orientasi kita ke arah pengganti impor atau ke arah promosi ekspor.
Dalam melihat perkembangan industri perlu diperhatikan apakah industri itu mempunyai kaitan ke arah hulu atau hilir.
Proses industrialisasi
Proses industrialisasi bisa dipahami melalui konsep pembangunan, karena arti pembangunan dan industrialisasi seringkali dianggap sama. Konsep pembangunan bersifat dinamik, karena konsep itu bisa berubaha menurut lingkupnya. Apabila pembangunan itu dihubungkan pada setiap usaha pembangunan dunia, maka pembangunan akan merupakan usaha pembangunan dunia. Industrialisasi sebagai proses dan pembangunan industri berada pada satu jalur kegiatan, yaitu pada hakekatnya berfungsi meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan rakyat. Industrialisasi tidaklah terlepas dari upaya peningkatan mutu sumber daya manusia, dan pemanfaatan sumber daya alam. Secara umum kaitan antara pembangunan dengan industrialisasi dijelaskan oleh Garna (1997:17-18), yakni:
(1) bahan untuk proses industrialisasi dan pembangunan industri merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;
(2) pembangunan industri merupakan upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia dan kemampuan memanfaatkan sumber daya alam;
(3) pembangunan industri akan memacu dan menyangkut pembangunan sektor lainnya, yang dapat memperluas lapangan kerja yang diharapkan akan meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat dan;
(4) dalam pembangunan industri akan terjadi ketimpangan yang merugikan, yang bersifat ekonomi ataupun non ekonomi.

Adapun hipotesis yang diajukan dalam tulisan ini adalah besar kecilnya dampak industrialisasi terhadap kehidupan masyarakat akan dipengaruhi oleh pola lapangan kerja, pola kehidupan keluarga dan pola pengembangan sumber daya manusia masyarakat setempat.
Sementara itu desain dalam penelitian adalah dengan menggunakan metode survei deskriptif (descriptive survey), dengan pertimbangan seperti dikemukakan oleh Nazir (1985:66), dan Komara (2004:65) merupakan suatu bentuk penelitian yang mencari fakta dengan interpretasi yang tepat tentang tata cara yang berlaku dalam masyarakat, situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang berlangsung dengan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Sedangkan menurut Hyman (dalam Tan, 1977:42) tujuan metode survei deskriptif adalah menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain di dalam masyarakat. Sejalan dengan itu Rusidi (1993:23) menyebut penelitian jenis ini bertujuan membuat deskripsi mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu gejala sosial yang teramati pada suatu daerah tertentu secara sistematik, faktual dan teliti.
Di samping itu pula metode survei deskriptif bertujuan menemukan deskripsi general dan universal, yang berlaku pada sejumlah variasi situasi dan kondisi. Deskripsi general itu sendiri telah ditujukkan dengan konsep atau variabel dari penggolongan, katagorisasi dan klasifikasi fenomena secara abstrak. Sedangkan universalitas, terletak pada survei itu sendiri, artinya proses penyusunan “peta” wilayah atau daerah menurut variasi situasi dan kondisi (ekosistem) tertentu, alam, kehidupan sosial atau budaya tertentu. Dalam pengujian hipotesis menggunakan analisis tes X², yaitu untuk menguji apakah perincian frekuensi observasi di dalam suatu tabel kontingensi 2 x 2 dapat terjadi di bawah Ho (Sidney, 1985:133). Namun di samping menggunakan analisis data kuantitatif juga menggunakan analisis kualitatif, yang digunakan untuk menambah informasi serta melengkapi data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui teknik wawancara terstruktur yang dilengkapi dengan alat pengumpul data berupa kuesioner. Sedangkan data kualitatif diperoleh melalui teknik observasi partisipatif.
 Jenis / macam-macam industri
1. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar.
- Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain lain.
2. Industri nonekstaktif
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar.
3. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya.
- Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.
Golongan / macam industri
1. Industri padat modal
adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya
2. Industri padat karya
adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
Jenis-jenis / macam industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya
= berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 =
1. Industri kimia dasar
contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
2. Industri mesin dan logam dasar
misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil
Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dll
4. Aneka industri
misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.
Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
1. Industri rumah tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.
2. Industri kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.
3. Industri sedang atau industri menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
4. Industri besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.
 Pembagian / penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented industry)
Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja / labor (man power oriented industry)
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja / pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply oriented industry)
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
 Macam-macam / jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri primer
adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu
Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
2. Industri sekunder
industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.
3. Industri tersier

Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi
Industrialisasi sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Dengan kata lain, pembangunan industri itu, merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja.
Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber daya alam dan sumber daya lainya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian dapat diusahakan secara “vertikal”
semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara “horizontal” semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang semakin bertambah.
Banyak pendapat muncul bahwa industri itu mempunyai peranan penting sebagai sektor pemimpin (leading sector). Sektor pemimpin ini maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainya seperti sektor pertanian dan sektor jasa.
Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri. Sektor jasapun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/periklanan, dan sebagainya, yang kesemuanya itu nanti akan mendukung lajunya pertumbuhan industri. Seperti diungkapkan sebelumnya, berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan permintaan (daya beli) tersebut menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh sehat.
UNIDO (United Nations for Industrial Development Organization) mengelompokkan negara-negara sebagai berikut (Muhammad, 1992) :
• Kelompok negara non-industri apabila sumbangan sektor industri terhadap PDB kurang dari 10 persen.
• Kelompok negara dalam proses industrialisasi apabila sumbangan tersebut antara 10-20 persen.
• Kelompok negara semi industrialisasi jika sumbang tersebut antara 20-30 persen.
• Kelompok negara industri jika sumbangan tersebut lebih dari 30 persen.
Perroux mengatakan, pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti pendapat Perroux (dalam Muhammad, 1992) adalah sebagai berikut :
1. Dalam proses pembangunan akan timbul industri pemimpin yang merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Karena keterkaitan antar industri sangat erat, makaperkembangan industri pemimpin akan mempengaruhi perkembangan industri lain yang berhubungan erat dengan industri pemimpin tersebut.
2. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah sehingga perkembangan industri di daerah tersebut akan mempengaruhi perkembangan daerah-daerah lainya.
3. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung dari industri pemimpin atau pusat pertumbuhan. Daerah yang relatif maju atau aktif akan mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif.
Keterkaitan antar Industri
Pendapat-pendapat yang mendukung investasi dalam bidang industri sebagai suatu prioritas pembangunan bukan hanya didasarkan  pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pertumbuhan industri menyertai pembangunan. Para penganjur industri menunjukkan bahwa industri merupakan suatu sektor pemimpin karena industri tersebut merangsang dan mendorong investasi-investasi di sektor-sektor lain juga. Pola perkembangan industri dimana barang hasil produksi suatu industri dimanfaatkan oleh industri lainnya adalah bentuk keterkaitan antar industri.
Konsep pertumbuhan tidak seimbang  menunjukkan bahwa pertumbuhan yang cepat dari satu atau beberapa industri mendorong perluasan industri-industri lainnya yang terkait dengan sektor industri yang tumbuh lebih dahulu tersebut. Keterkaitan-keterkaitan ini bisa keterkaitan ke belakang, misalnya industri tekstil menyebabkan peningkatan produksi kapas atau zat-zat pewarna untuk disediakan bagi industri tekstil tersebut. Keterkaitan tersebut bisa juga keterkaitan ke depan, misalnya adanya industri tekstil domestik mendorong tumbuhnya investasi dalam industri pakaian jadi.
Industri dan Tujuan Pembangunan
Setelah melihat industri dari berbagai perspektif, maka dapat disimpulkan peranan yang diharapkan dari industri terhadap pembangunan. Pertama, industrialisasi bukanlah suatu “obat yang paling mujarab” untuk mengobati keterbelakangan. Tidak ada satupun faktor produksi, atau kebijaksanaan, atau sektor, yang bisa menyelesaikan secara sendiri-sendiri proses pembangunan.
Demikian pula halnya dengan industri. Tetapi sektor industri mempunyai 2 pengaruh yang penting dalam setiap program pembangunan. Pertama, produktivitas yang lebih besar dalam industri merupakan kunci untuk meningkatkan pendapatan per kapita. Kedua, industri pengolahan memberikan kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar bagi Industri Subsitusi Impor (ISI) yang efesien dan meningkatkan ekspor daripada industri primer.
Jika industrialisasi bukan merupakan obat yang mujarab bagi keterbelakangan, demikian juga halnya pembangunan perdesaan. Masing-masing membutuhkan yang lainnya, dan akan gagal jika pertumbuhan tidak seimbang serta terlalu jauh. Industri bisa menyediakan input-input produktif, terutama pupuk dan peralatan pertanian yang sederhana, bagi pertanian. Jika kebijaksanaan luar negeri dijalankan dan industri pengolahan telah efisien, input-input tersebut bisa ditawarkan dengan harga yang lebih murah daripada harga impor.
Hubungan tersebut bisa kebalikannya, karena pertanian menyediakan bahan-bahan baku untuk industri, misalnya kapas, tembakau atau karet. Pertanian dan industri juga saling menyediakan pasar bagi barang-barang produksinya masing-masing. Jika pendapatan sektor pertanian tersebut tumbuh secara merata. Dimana di butuhkan land-reform dan pembangunan pedesaan yang sangat meluas, maka industri akan menikmati pasar yang lebih luas bagi barang-barang konsumsinya. Sejalan dengan itu. Pertumbuhan pendapatan di perkotaan yang didorong oleh perluasan industri, akan mendorong pertumbuhan output pertanian dan produktivitas melalui kenaikan permintaan akan pangan. Namun demikian, kunci dari permintaan akan pangan tersebut adalah tingkat pengerjaan yang meningkat dan perbaikan distribusi pendapatan di perkotaan.
Industri Subsitusi Impor (ISI)
Salah satu strategi industrialisasi yang dilaksanakan Indonesia, sejak zaman pemerintahan Orde Baru adalah Industri Subsitusi Impor (ISI). ISI ini diharapkan bisa menghasilkan barang-barang baru dalam negeri yang semula diimpor. Setelah subsitusi impor berhasil, baru kemudian sebagian hasil produknya diekspor.
Jadi subsitusi impor ini memegang peranan penting dalam mengenalkan barang-barang baru yang dulunya diimpor dan kemudian dihasilkan sendiri.
Alasan untuk mengadakan ISI ini sebenarnya berbeda-beda antara suatu negara dengan negara lain. Namun demikian, berikut ini dijelaskan beberapa alasan penting :
• ISI dimaksudkan untuk mengurangi atau menghemat penggunaan devisa. Seperti diketahui, hampir semua negara berkembang seringkali mengalami kekurangan devisa. Oleh karena itu, devisa yang sedikit harus digunakan secara efektif dan efesien.
• Dengan adanya ISI biasanya pemerintah melakukan proteksi terhadapnya dengan cara pembatasan barang-barang impor. Pembatasan barang-barang impor tersebut tentu saja akan mengurangi jumlah barang-barang impor, sementara itu permintaan di dalam negeri masih tetap besar, sehingga pada akhirnya para pengusaha dalam negeri terdorong untuk meningkatkan produksi barang-barang yang terkena pembatasan impor tersebut. Dengan kata lain, ISI ini bisa merangsang kegiatan ekonomi para pengusaha di dalam negeri.
• ISI bisa dimaksudkan untuk segera dapat memenuhi kebutuhan sendiri akan berbagai barang industri dan juga karena semangat kemerdekaan yang timbul di negara berkembang, yang kemudian diikuti pula oleh keinginan untuk mencapai kemerdekaan dalam bidang ekonomi.
• Alasan lain bagi adanya ISI adalah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi di dalam negeri. Walaupun suatu negara tidak mengalami kesulitan devisa, tetapi untuk memajukan perekonomian dan mendorong timbulnya industri-industri utama di dalam negeri, Negara tersebutmelakukan proteksi dan memberikan berbagai macam fasilitas kepada para pengusaha. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh para pengusaha bisa meningkat dan dapat mendorong kegiatan ekonomi lebih lanjut.
Dalam pelaksanaannya kebijaksanaan ISI, ada berbagai masalah yang dihadapi oleh negara berkembang yang melaksanakannya. Pertama, kualitas barang yang dihasilkan. Kualitas barang yang dihasilkan di dalam negeri sebagai barang subsitusi impor sering jauh lebih rendah daripada hasil produksi luar negeri. Kualitas yang rendah ini akan sulit untuk diekspor.
 Dengan demikian, ISI bukannya menghemat penggunaan devisa tetapi juga menurunkan penerimaan ekspor. Kedua, biaya produksi.pada tahap awal industrialisasi bisanya dibutuhkan biaya yang sangat besar digunakan untuk tenaga kerja, membeli mesin-mesin, dan membeli bahan-bahan baku yang diperlukan. Jadi modal yang diperlukan sangat banyak. Jika suatu negara mempuyai modal yang sedikit, maka dalam tahap awal indutrialisasinya terpaksa mendatangkan modal dan tenaga kerja dari luar negeri.
Industri Promosi Ekspor (IPE)
Menurut Krueger (1997), ada 4 faktor yang menerangkan mengapa strategi industalisasi promosi ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat daripada strategi ISI, keempat faktor tersebut adalah :
1. Kaitan sektor pertanian dengan sektor industriPengalaman beberapa negara berkembang, antara lain India, RRC dan Filipina, telah menunjukan bahwa suatu sektor pertanian yang pertumbuhannya lamban dapat menghambat pertumbuhan ekonomi pada umumnya dan sektor industri pada khususnya. Hal ini dapat terjadi karena produksi pertanian yang lamban akan meningkatkan harga pangan, sehingga tingkat upah juga cenderung naik, sehingga pada akhirnya akan dapat menghambat pertumbuhan sektor industri.
2. Skala ekonomis bagi industri dimana faktor skala ekonomi adalah penting, maka strategi promosi ekspor akan dapat memberikan dorongan yang lebih kuat kepada perusahaan-perusahaan yang baru daripada strategi ISI, karena perusahaan-perusahaan ini dapat menyusun  rencana investasi, produksi, dan pemasaran mereka atas dasar potensi pasar domestik dan pasar ekspor. Dengan strategi promosi ekspor sejak semula dapat dibangun pabrik dengan skala ekonomi yang efisien, oleh karena dalam membangun pabrik-pabrik tersebut para pengusaha sudah merencanakan untuk memasarkan sebagian dari produksi mereka di pasar dunia.
3. Dampak persaingan atas prestasi perusahaan
Suatu segi positif yang penting dari strategi promosi ekspor adalah bahwa persaingan di pasar ekspor mengharuskan para pengusaha untuk menjajaki berbagai cara untuk menekan biaya produksi mereka sampai ke tingkat yang serendah-rendahnya, sehingga hasil produksi mereka dapat bersaing dalam harga di pasar ekspor.
4. Kekurangan devisa atas pertumbuhan ekonomi
Jika kekurangan devisa dapat menghambat pertumbuhan ekonomi yang pesat pada tingkat makro ekonomi, skala investasi nasional perlu dikurangi, jika diperkirakan bahwa pada tahun mendatang akan dihadapi masalah kekurangan devisa.
Pola Pengembangan Industri
Pengelompokan pola pikir industrialisasi secara keseluruhan telah tercakup dalam Pola Pengembangan Indutri Nasional (PPIN) yang dibuat oleh Departemen Perindustrian (dalam Siahaan, 1996). PPIN tersebut berintikan 6 butir kebijakan :
1. Pengembangan industri yang diarahkan untuk pendalaman dan pemantapan struktur industri serta dikaitkan dengan sektor lainnya.
2. Pengembangan indutri permesinan dan elektronika penghasil barang modal.
3. Pengembangan industri kecil.
4. Pembangunan ekspor komoditi industri.
5. Pembangunan kemampuan penelitian, pengembangan dan rancang bangun khususnya perangkat lunak dan perekayasaan.
6. Pembangunan kemampuan para wiraswasta dan tenaga kerja industri berupa manajemen, keahlian, kejujuran serta keterampilan
Pengalaman beberapa negara berkembang khususnya negara-negara yang gandrung memakai teknologi dalam industri yang ditransfer dari negara-negara maju (core industry) untuk pembangunan ekonominya seringkali berakibat pada terjadinya distorsi tujuan. Keadaan ini terjadi karena aspek-aspek dasar dari manfaat teknologi bukannya dinikmati oleh negara importir, tetapi memakmurkan negara pengekpor atau pembuat teknologi. Negara pengadopsi hanya menjadi komsumen dan ladang pembuangan produk teknologi karena tingginya tingkat ketergantungan akan suplai berbagai jenis produk teknologi dan industri dari negara maju Alasan umum yang digunakan oleh negara-negara berkembang dalam mengadopsi teknologi (iptek) dan industri, searah dengan pemikiran Alfin Toffler maupun John Naisbitt yang meyebutkan bahwa untuk masuk dalam era globalisasi dalam ekonomi dan era informasi harus melewati gelombang agraris dan industrialis. Hal ini didukung oleh itikad pelaku pembangunan di negara-negara untuk beranjak dari satu tahapan pembangunan ke tahapan pembangunan berikutnya.
Pada dewasa ini yang menjadi bahan perdebatan adalah bagaimana menyusun suatu pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Semakin meningkatnya populasi manusia mengakibatkan tingkat konsumsi produk dan energi meningkat juga. Permasalahan ini ditambah dengan ketergantungan penggunaan energi dan bahan baku yang tidak dapat diperbarui. Pada awal perkembangan pembangunan, industri dibangun sebagai suatu unit proses yang tersendiri, terpisah dengan industri lain dan lingkungan. Proses industri ini menghasilkan produk, produk samping dan limbah yang dibuang ke lingkungan.Adanya sejumlah limbah yang dihasilkan dari proses produksi, mengharuskan industri menambah investasi untuk memasang unit tambahan untuk mengolah limbah hasil proses sebelum dibuang ke lingkungan. Pengendalian pencemaran lingkungan dengan cara pengolahan limbah (pendekatan end of pipe) menjadi sangat mahal dan tidak dapat menyelesaikan permasalahan ketika jumlah industri semakin banyak, daya dukung alam semakin terbatas, dan sumber daya alam semakin menipis.
Persoalannya kemudian, pada era dewasa ini, apa pun sektor usaha yang dibangkitkan oleh sebuah bangsa maupun kota harus mampu siap bersaing pada tingkat global. Walaupun sebenarnya apa yang disebut dengan globalisasi baru dapat dikatakan benar-benar hadir dihadapan kita ketika kita tidak lagi dapat mengatakan adanya produk-produk, teknologi, korporasi, dan industri-industri nasional. Dan, aset utama yang masih tersisa dari suatu bangsa adalah keahlian dan wawasan rakyatnya, yang pada gilirannya akan mengungkapkan kemampuan suatu bangsa dalam membangun keunggulan organisasi produksi dan organisasi dunia kerjanya.
Tetapi akibat tindakan penyesuaian yang harus dipenuhi dalam memenuhi permintaan akan berbagai jenis sumber daya (resources), agar proses industri dapat menghasilkan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia, seringkali harus mengorbankan ekologi dan lingkungan hidup manusia. Hal ini dapat kita lihat dari pesatnya perkembangan berbagai industri yang dibangun dalam rangka peningkatan pendapatan (devisa) negara dan pemenuhan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia.
Teknologi memungkinkan negara-negara tropis (terutama negara berkembang) untuk memanfaatkan kekayaan hutan alamnya dalam rangka meningkatkan sumber devisa negara dan berbagai pembiayaan pembangunan, tetapi akibat yang ditimbulkannya merusak hutan tropis sekaligus berbagai jenis tanaman berkhasiat obat dan beragam jenis fauna yang langka.
Gejala memanasnya bola bumi akibat efek rumah kaca (greenhouse effect) akibat menipisnya lapisan ozone, menciutnya luas hutan tropis, dan meluasnya gurun, serta melumernnya lapisan es di Kutub Utara dan Selatan Bumi dapat dijadikan sebagai indikasi dari terjadinya pencemaran lingkungan kerena penggunaan energi dan berbagai bahan kimia secara tidak seimbang (Toruan, dalam Jakob Oetama, 1990: 16 - 20).
Kasus Indonesia Indonesia memang negara “late corner” dalam proses industrialisasi di kawasan Pasifik, dan dibandingkan beberapa negara di kawasan ini kemampuan teknologinya juga masih terbelakang.
Terlepas dari berbagai keberhasilan pembangunan yang disumbangkan oleh teknologi dan sektor indusri di Indonesia, sesungguhnya telah terjadi kemerosotan sumber daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan, khususnya pada kota-kota yang sedang berkembang seperti Gresik, Surabaya, Jakarta, bandung Lhoksumawe, Medan, dan sebagainya. Bahkan hampir seluruh daerah di Jawa telah ikut mengalami peningkatan suhu udara, sehingga banyak penduduk yang merasakan kegerahan walaupun di daerah tersebut tergolong berhawa sejuk dan tidak pesat industrinya.
Masalah pencemaran lingkungan hidup, secara teknis telah didefinisikan dalam UU No. 4 Tahun 1982, yakni masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai peruntukannya.
Dari definisi yang panjang tersebut, terdapat tiga unsur dalam pencemaran, yaitu: sumber perubahan oleh kegiatan manusia atau proses alam, bentuk perubahannya adalah berubahnya konsentrasi suatu bahan (hidup/mati) pada lingkungan, dan merosotnya fungsi lingkungan dalam menunjang kehidupan.
Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk menurut pola pengelompokannya. Berkaitan dengan itu, Amsyari (Sudjana dan Burhan (ed.), 1996: 102), mengelompokkan pecemaran alas dasar: a).bahan pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan budaya, b). pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk pencemaran udara, air, tanah, makanan, dan sosial, c). pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam bentuk primer dan sekunder.
KESIMPULAN
Indonesia adalah yang sangat luas sehinnga mata pencaharian sebagian penduduk adalah pada sektor pertanian.Pertanian dapat dilihat sebagai suatu yang sangat pontensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan perkembangan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut :
• Ekspansi dari sektor-sektor ekonominya sngat tergantung pada pertumbuhan output di bidang pertanian,baik dari sisi permintaan maupun penawaran sebagai sumber bahan baku bagi keperluan produksi di sektor-sektor lain seperti industri manufaktur dan perdagangan.
• Pertanian berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan permintaan dosmestik bagi produk-produk di sektor-sektor lainnya.
• Sebagai suatu sumber madal untuk investasi di sekto-sektor ekonomi lainnya.
• Sebagai sumber penting bagi surplus perdagangan (sumber devisa).
Sumber dan daftar pustaka

Jumat, 25 Maret 2011

SEKTOR PERTANIAN

Pengertian pertanian

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDBdunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Inti dari ilmu-ilmu pertanian adalah biologi dan ekonomi. Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah, meteorologi, permesinan pertanian, biokimia, danstatistika, juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan".

Peranan Sektor Pertanian

Menurut Kuznets, Sektor pertanian di LDC’s mengkontribusikan thd pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional dalam 4 bentuk:
Kontribusi Produk Penyediaan makanan utk pddk, penyediaan BB untuk industri manufaktur spt industri: tekstil, barang dari kulit, makanan & minuman .
Dalam system ekonomi terbuka, besar kontribusi produk sector pertanian bisa lewat pasar dan lewat produksi dg sector non pertanian.
·        Dari sisi pasar, Indonesia menunjukkan pasar domestic didominasi oleh produk pertanian dari LN seperti buah, beras & sayuran hingga daging.
·        Dari sisi keterkaitan produksi, Industri kelapa sawit & rotan mengalami kesulitan bahan baku di dalam negeri, karena BB dijual ke LN dengan harga yg lebih mahal.
Kontribusi Pasar Pembentukan pasar domestik utk barang industri & konsumsi .
Negara agraris merup sumber bagi pertumbuhan pasar domestic untuk produk non pertanian spt pengeluaran petani untuk produk industri (pupuk, pestisida, dll) & produk konsumsi (pakaian, mebel, dll) .
Keberhasilan kontribusi pasar dari sector pertanian ke sector non pertanian tergantung:
·        Pengaruh keterbukaan ekonomièMembuat pasar sector non pertanian tidak hanya disi dengan produk domestic, tapi juga impor sbg pesaing, shg konsumsi yg tinggi dari petani tdk menjamin pertumbuhan yg tinggi sector non pertanian.
·        Jenis teknologi sector pertanianèSemakin moderen, maka semakin tinggi demand produk industri non pertanian
Kontribusi Faktor Produksi Penurunan peranan pertanian di pembangunan ekonomi, makaterjadi transfer surplus modal & TK dari sector pertanian ke Sektor lain .
F.P yang dapat dialihkan dari sector pertanian ke sektor lain tanpa mengurangi volume produksi pertanianè Tenaga kerja dan Modal .
Di Indonesia hubungan investasi pertanian & non pertanian harus ditingkatkan agarketergantungan Indonesia pada pinjaman LN menurun. Kondisi yang harus dipenuhi untukmerealisasi hal tsb:
·        Harus ada surplus produk pertanian agar dapat dijual ke luar sectornya. Market surplus ini harus tetap dijaga & hal ini juga tergantung kepada factor penawaran Ã¨ Teknologi, infrastruktur & SDM dan factor permintaan Ã¨ nilai tukar produk pertanian & non pertanian baik di pasar domestic & LN .
·        Petani harus net saversè Pengeluaran konsumsi oleh petani <> .
·        Tabungan petani > investasi sektor pertanian .
· Kontribusi Devisaè Pertanian sbg sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (NPI) melalui ekpspor produk pertanian dan produk pertanian yang menggantikan produk impor.
Kontribusinya melalui :
·        Secara langsungè ekspor produk pertanian & mengurangi impor.
·        Secara tidak langsungè peningkatan ekspor & pengurangan impor produkberbasis pertanian spt tekstil, makanan & minuman, dll .
Kontradiksi kontribusi produk & kontribusi deviasè peningkatan ekspor produk pertanianmenyebabkan suplai dalam negari kurang dan disuplai dari produk impor. Peningkatan ekspor produk pertanian berakibat negative thd pasokan pasar dalam negeri.
Untuk menghindari trade off ini 2 hal yg harus dilakukan:
·        Peningkatan kapasitas produksi.
·        Peningkatan daya saing produk produk pertanian .

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PDB

Signifikannya pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap Distribusi Pendapatan maka perlu didorong lagi pertumbuhan unit-unit usaha masyarakat sehingga terjadi peningkatan dalam PDRB. Apalagi jika yang mengalami pertumbuhan adalah unit-unit usaha yang dimiliki oleh sebagian masyarakat pribumi sehingga perlu dorongan dari pemerintah untuk unit-unit usaha yang dihasilkan masyarakat pribumi. Tidak seperti selama ini yang mendorong pertumbuhan adalah unit-unit usaha yang dimiliki asing dan para konglomerat dan malah usaha milik asing yang ditumbuhkan pemerintah.
Untuk meningkatkan posisi tawar kita sehingga kita menjadi raja di negeri sendiri atau tidak bergantung pada asing maka banyak hal yang harus dilakukan. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sehingga mampu menghasilkan produk (barang/jasa) yang berkualitas. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia tersebut harus disikapi dengan langkah konkret salah satunya adalah dengan cara mengadakan pelatihan tenaga kerja.
Dalam rangka untuk mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas maka dalam hal ini Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang selaku UPT Kementerian Pertanian yang bergerak di bidang pelayanan pendidikan dan pelatihan yang memiliki domain di bidang pertanian menjalankan misi demi mewujudkan manusia pertanian Indonesia yang berkualitas serta berusaha untuk mewujudkan Revitalisasi Pertanian seperti yang dicanangkan oleh Presiden SBY pada tahun 2004 yang lalu. Dengan menjalankan berbagai kegiatan pelatihan baik aparatur maupun non aparatur diharapkan dalam jangka panjang dapat merealisasikan Revitalisasi Pertanian sehingga sektor pertanian berkontribusi paling dominan terhadap PDB serta penghasil devisa terbesar bagi Indonesia.
Berdasarkan data-data yang penulis peroleh, untuk keseluruhan tahun 2008, sektor pertanian tumbuh sebesar 4,8%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu yang sebesar 3,4%. Kinerja sektor pertanian masih ditopang oleh subsektor perkebunan dan tanaman bahan makanan. Kinerja sektor pertanian yang membaik terutama disebabkan oleh membaiknya produktivitas subsektor tanaman bahan makanan yang bersumber dari peningkatan produksi pertanian selama tahun 2008 terutama di wilayah Jawa dan Sumatera. Disamping itu, kinerja sektor pertanian tersebut didukung oleh tingginya permintaan ekspor subsektor perkebunan terutama kelapa sawit pada paruh pertama tahun 2008 di Sumatera dan Kalimantan. Pada paruh kedua 2008, pertumbuhan subsektor perkebunan melambat terutama terkait dengan turunnya permintaan ekspor dan menurunnya harga komoditas perkebunan.
Nilai Produk Domestik Brutto (PDB) Dari hasil pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan atas dasar harga konstan 2000 adalah sebesar 284,6 Triliun pada tahun 2008 dan 296,4 Ttriliun pada tahun 2009 atau mengalami pertumbuhan sebesar 4,1 persen. Sedangkan Peranan Sektor Pertanian terhadap PDB Indonesia tahun 2009 tumbuh dari 14,5 persen menjadi 15,3 persen sehingga sektor pertanian berada pada ranking kedua yang memiliki kontribusi terhadap PDB setelah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 26,4 persen.
Dewasa ini, Indonesia mengalami tiga masalah utama dalam membangun sektor pertanian, diantaranya adalah
·        Kemampuan pertanian
·        Ketergantungan pasokan dari luar
·        Produsen pangan luar negeri yang tidak menginginkan kemandirian pertanian Indonesia.
Langkah untuk mengatasi ketiga masalah itu yakni harus dibuat road map (peta jalan) untuk industri berbasis agro dan perkebunan, regionalisasi pengembangan komoditi untuk menuju skala ekonomi dan aglomerasi, pengembangan pertanian tanaman pangan, peternakan dan industri kecil menengah pedesaan.
kualitas infrastruktur dan social capital untuk sektor pertanian guna meningkatkan efesiensi, produktivitas dan inovasi. Pemerintah baik pusat maupun daerah harus lebih proaktif dalam membangun inisiatif dan tindakan untuk membuat jejaring kersajama usaha tani sebagai agenda pembangunan daerah. ”Selain itu pemerintah harus berani dan tegas dalam membuka, menciptakan, dan mengamankan pasar produk pertanian dan memihak petani.
Pemerintah dinilai gagal dalam membangun sektor pertanian, bahkan Indonesia lebih bangga menjadi negara pengekspor hasil perkebunan dengan mengabaikan sektor pertanian yang menjadi andalan Indonesia. Beberapa tahun terakhir ini terpaksa harus mengimpor bahan kebutuhan pokok, terutama beras dari negara lain. Karena lahan pertanian Indonesia yang sudah dipetakan serta pembangunan irigasi sejak zaman penjajahan Belanda, kini banyak yang telah beralih fungsi. Akibatnya, hasil pertanian kini tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan sekitar 235 juta jiwa penduduk Indonesia.Kondisi terus berkurangnya luasan areal pertanian dan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan bahan pokok masyarakat, membuat posisi tawar Indonesia menjadi semakin lemah, sehingga negara pengekspor bahan kebutuhan pokok dapat mengendalikan harga sesuka hati mereka.
Selain ketiga masalah diatas ada sejumlah faktor yang selama ini menjadi pemicu utama terpuruknya sektor pertanian, diantaranya :
-        Dari segi sarana dan prasarana, tidak ada dana pemeliharaan infrastruktur           pertanian, tidak ada pembangunan irigasi baru, dan pencetakan lahan baru       tidak berlanjut.
-        Dalam hal bebasnya konversi lahan pertanian, pihak pemerintah provinsi         dan pemerintah kabupaten tidak disiplin menjalankan pemerintahan dengan mengizinkan pengubahan fungsi pertanian yang strategis bagi ketahanan   negara.
-        Dari sisi kebijakan dan politik, penerapan otonomi daerah membuat sektor      tanaman pangan terabaikan. Para politikus membuat kebijakan demi partai,          bukan untuk kebijakan pangan rakyat. Keadaan semakin buruk dengan tidak     adanya keamanan dan stabilitas yang seharusnya dijalankan aparat penegak hokum

Mengembangkan sektor pertanian dengan teknologi

A. Rice Irrigation Management System (RIMS) di Tanjung Karang, Malaysia

Sistem ini dikembangkan oleh Eltaeb Saeed, Rowshon, M.K., Amin, M.S.M. Tujuan pembangunan RIMS yang didukung teknologi GIS (Geographic Information System) adalah untuk melakukan efisiensi penggunaan air dan meningkatkan produktifitas lahan pertanian. Teknologi GIS berfungsi untuk menyimpan data ke dalam basis data komputer sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa wilayah geografi dalam hal ini wilayah yang dilalui saluran irigasi. Kemampuan sistem RIMS yang menggunakan teknologi GIS dapat mengembangkan manajemen air dengan baik. Sistem RIMS diterapkan di wilayah irigasi Tanjung Karang, Malaysia.

B. Glass House di MARDI, Malaysia

Teknologi Informasi juga memegang peranan penting di pusat penelitian pertanian Malaysia yang di kenal dengan nama MARDI (Malaysian Agriculture Research and Development Institute – www.mardi.my ). Implementasi teknologi informasi yang diterapkan di Glass House atau kita lebih mengenalnya dengan sebutan Rumah Kaca adalah pengontrolan lingkungan (environment control) melalui jaringan komputer. Fungsi rumah kaca adalah untuk melakukan proses penelitian yang berhubungan dengan pertanian seperti : rekayasa genetika bibit padi unggul, pembudidayaan padi dari hasil bibit unggul dan lain-lain. Sistem Kontrol pada rumah kaca ini sudah berjalan sejak tahun 2002.
Di dalam rumah kaca tersebut dipasang sensor suhu yang mengerakkan beberapa unit kontrol seperti kipas, sprinkler system dan lain-lain. Kesemua sistem tersebut dihubungkan melalui kabel ke pusat komputer. Jadi pusat komputer mengontrol 4 buah rumah kaca di tempat yang berbeda. Penerapan sistem ini dapat memberikan pengontrolan terhadap suhu sesuai dengan keadaan lingkungan yang dibutuhkan selama 24 jam.

II. Sebuah Solusi
Belajar dari pengalaman orang lain bukanlah hal yang memalukan. Hal yang patut kita sesalkan adalah tidak belajar dari pengalaman yang ada untuk meningkatkan kemampuan kita. Banyak para pakar di bidang teknologi informasi yang sudah memberikan usulan dan rancangan untuk merapatkan jurang digital di Indonesia. Selain merapatkan juga dapat berdaya guna untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Dalam tulisan ini berusaha merangkumkan apa yang menjadi bahasan pada sebelumnya dengan isu yang sama.

A. Pendidikan murah berbasis Teknologi Informasi
Banyak yang sudah dilakukan oleh pihak swasta untuk mencoba menggairahkan perkembangan teknologi informasi di Indonesia seperti training cisco untuk SMK dan yang terbaru program Internet Goes To School (IGTS). Dan juga usaha – usaha yang dilakukan PT. Telkom Divre V Jawa TImur yang menargetkan 1000 sekolah di Jatim masuk dalam komunitas sekolah yang tersambung ke akses internet. Telkom Divre V juga menjalin kerjasama dengan kampus – kampus untuk membangun teknologi informasi melalui Smart Campus. Inisiatif – inisiatif ini membuat angin segar perubahan terhadap dunia teknologi informasi Indonesia. Sangat disayangkan kalau hanya dilakukan oleh pihak swasta karena mereka tidak memiliki budget dana yang cukup besar untuk proyek pendidikan murah berbasis teknologi informasi. Kalau boleh saya berikan sedikit perbandingan dengan apa yang telah dilakukan oleh Negara jiran kita, Malaysia, yang mau menyisihkan anggaran Negara sebesar RM 10 juta (+/- Rp 25 Milyar) dalam Program Internet Desa (PID). Persyaratan untuk membangun PID adalah daerah yang memiliki taraf hidup yang rendah, akses internet rendah dan memiliki sambungan telepon. Sasaran dari program ini adalah orang tua, wanita, pemuda dan diperuntukkan dalam sektor pertanian, pendidikan dan kewirausahaan. Ada 39 lokasi yang akan dibangun PID ini dengan total biaya pembangunan lokasi saja tanpa mengambil dana yang telah dialokasikan sebesar RM 2,8 juta (+/- Rp. 7 Milyar). Oleh karena itu seharusnya pemerintah Indonesia juga mau menyisihkan anggarannya untuk pendidikan dan teknologi informasi lebih banyak.
Bagaimana mungkin kita dapat mengimplementasikan teknologi informasi dalam bidang pertanian bila para petani tidak diberikan pembelajaran melalui workshop mengenai teknologi informasi. Walaupun hal itu bukan hal yang mudah karena hal ini menyangkut banyak faktor dan salah satunya rendahnya pendidikan petani kita. Hal yang perlu dilakukan memberikan pemahaman tentang pentingnya teknologi informasi sebagai salah satu cara untuk meningkatkan taraf kesejahteraan para petani kita. Sikap minimal yang diharapkan adalah tidak melakukan penolakan terhadap teknologi informasi. Pemahaman seperti itu harus dilakukan secara bertahap dimana mereka betul-betul merasakan manfaat dari teknologi ini. Termasuk perhatian yang besar dari pemerintah sebagai itikad baik untuk berusaha memajukan sektor pertanian Indonesia.

B. Ketersediaan Infrastruktur yang terjangkau oleh rakyat
Ketersediaan infrastruktur yang murah dengan koneksi yang cepat sangat diidam-idamkan oleh masyrakat Indonesia. Hal itu dapat berfungsi sebagai enabler bagi ide-ide inovasi yang berkembang dikalangan komunitas teknologi informasi. Sebagai contoh seperti apa yang dilakukan oleh sebuah komunitas teknologi wireless di Denmark dalam berusaha mengurangi biaya dalam upaya membangun jaringan wireless. Mereka membuat antena dengan menggunakan kaleng-kaleng bekas (http://thewirelessroadshow.org). Ide pembuatan antenna menggunakan kaleng ini juga sedang dipopulerkan di Indonesia khususnya banyak diimplementasikan di lingkungan kampus. Di Indonesia juga membangun VoIP Merdeka yang diprakarsai oleh DR. Onno W Purbo yang memberikan akses internet yang murah bahkan komunikasi SLJJ dan SLI dengan harga yang lebih murah dibandingkan menggunakan jaringan telpon biasa. Dengan upaya – upaya seperti ini seharusnya dapat memberikan jalan keluar untuk bisa menerapkan teknologi informasi di bidang-bidang seperti : pertanian, kedokteran, dan lain – lain. Artinya pemerintah dapat memanfaatkan produk – produk ini untuk dapat membangun infrastruktur teknologi informasi murah dan cepat sehingga dapat dirasakan manfaatnya bagi semua orang.

Sektor pertanian di Indonesia

Struktur perekonomian Indonesia merupakan topik strategis yang sampai sekarang masih menjadi topik sentral dalam berbagai diskusi di ruang publik. Kita sudah sering mendiskusikan topik ini jauh sebelum era reformasi tahun 1998. Gagasan mengenai langkah-langkah perekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, dengan mempertimbangkan usaha mempersempit jurang ketimpangan sosial dan pemberdayaan daerah, sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan kiranya perlu kita evaluasi kembali sesuai dengan konteks kekinian dan tantangan perekonomian Indonesia di era globalisasi.
Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada 235 juta penduduk yang tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlah penduduk yang besar ini menjadi pertimbangan utama pemerintah pusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.
Berdasarkan pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat.
Seiring dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai permasalahan. Di sektor pertanian kita mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknis semakin berkurang.
Selain berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkat produktivitas pertanian per hektare juga relatif stagnan. Salah satu penyebab dari produktivitas ini adalah karena pasokan air yang mengairi lahan pertanian juga berkurang. Banyak waduk dan embung serta saluran irigasi yang ada perlu diperbaiki. Hutan-hutan tropis yang kita miliki juga semakin berkurang, ditambah lagi dengan siklus cuaca El Nino-La Nina karena pengaruh pemanasan global semakin mengurangi pasokan air yang dialirkan dari pegunungan ke lahan pertanian.
Sesuai dengan permasalahan aktual yang kita hadapi masa kini, kita akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Di kemudian hari kita mungkin saja akan semakin bergantung dengan impor pangan dari luar negeri. Impor memang dapat menjadi alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan kita, terutama karena semakin murahnya produk pertanian, seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kita juga perlu mencermati bagaimana arah ke depan struktur perekonomian Indonesia, dan bagaimana struktur tenaga kerja yang akan terbentuk berdasarkan arah masa depan struktur perekonomian Indonesia.
Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.
Sedangkan pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.
ini juga menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kita mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan. 
Strategi pertama adalah melakukan revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor pertanian, dan pembukaan lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti ketersediaan pupuk dan sumber daya yang memberikan konsultasi bagi petani dalam meningkatkan produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini adalah insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya dalam pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin banyak tenaga kerja dan lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih menarik.
Strategi kedua adalah dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi sektor lain yang akan menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta industri pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan, listrik adalah sarana utama yang dapat mengakselerasi pertumbuhan di sektor ini.
Struktur perekonomian Indonesia sekarang adalah refleksi dari arah perekonomian yang dilakukan di masa lalu. Era orde baru dan era reformasi juga telah menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor penting yang membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Sektor pertanian juga menyediakan pangan bagi masyarakat Indonesia.
Saat ini kita mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan kebijakan yang dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia di masa depan. Namun, beberapa permasalahan yang dihadapi sektor pertanian di masa ini perlu segera dibenahi, sehingga kita dapat meneruskan hasil dari kebijakan perekonomian Indonesia yang sudah dibangun puluhan tahun lalu, dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia sampai saat sekarang ini.

Analisis Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkelanjutan

Peranan pangan menjadi begitu penting karena merupakan suatu kebutuhan yang sangat vital untuk semua orang. Kuantitas ketersediaan pangan juga dapat digunakan sebagai salah satu tolak ukur kesejahteraan suatu bangsa, telah dibuktikan secara faktual dan empiris bahwa aksesbilitas terhadap pangan menjadi “sabuk pengaman” sebuah bangsa dari kehancuran, dimana sektor pertanian bisa mengurangi kemiskinan, mencegah kelaparan dan kekurangan gizi, dan sektor yang berdampak pada kualitas lingkungan hidup.
Jumlah pangan yang minim bisa menimbulkan dampak signifikan terhadap eksistensi bangsa. Hal ini menjadi suatu fakta ketika suatu bangsa mengalami krisis pangan, dimana permintaan akan pangan lebih besar dari penawarannya karena produktifitasnya tidak optimal, kondisi ini akan memaksa negara yang ”kelaparan” meminjam uang untuk bisa mengimpor pangan atau memperbaiki sistem pertanian tanaman pangan tersebut dari hulu sampai hilir.
Berdasarkan teori Chenery – Syrquin Growth Pattern, makin maju suatu negara maka peranan sektor pertanian terhadap GDP akan semakin menurun. Tentu saja kondisi ini sangat ironis bagi negara berkembang, dimana kebanyakan negara berkembang yang didominasi oleh sektor pertanian tidak mampu bersaing bahkan tergantung kepada negara maju. Transformasi struktural yang ideal yaitu sektor manufaktur dan jasa harus tetap bertumpu kepada sektor pertanian dan sebaliknya sektor pertanian mendukung sektor manufaktur dan jasa.
Kondisi Indonesia masih setali tiga uang dengan negara berkembang lainnya, masih rawan pangan. Maksud dari rawan pangan disini bukan karena ketidaktersediaan stok pangan melainkan karena terlalu bergantung terhadap produk pangan luar negeri dengan melakukan impor. Negara maju dapat menjual komoditasnya dengan harga murah karena pertaniannya telah efisien dan melakukan politik dumping, kemudian dampaknya untuk negara berkembang produktivitas petani menjadi turun sehingga pengangguran akan bertambah.
Demografi yang terkait dengan populasi penduduk turut mendukung pertumbuhan orang yang mengkonsumsi pangan tentunya akan menjadi lebih banyak. Pada tabel diatas (Others include: Mining, Electricity, gas, and water, and public services.)
kita bisa melihat bahwa pada tahun 2007 jumlah pekerja pada sektor pertanian meningkat 1,1 persen jika dibandingkan dengan tahun 2006. Apakah intensif untuk sektor pertanian begitu menjanjikan sehingga hampir 40 persen penduduk bergantung pada sektor ini? Mari kita lihat data dibawah ini :
Dari sisi ekonomi, jika harga pangan tinggi maka akan menyebabkan petani menuntut upah yang lebih tinggi, hal ini akan mengindikasikan menurunnya investasi baik domestik maupun asing. Kenaikan rata-rata nominal pendapatan petani di atas dengan kenaikan harga barang saat ini adjustmentnya tidak terlalu tepat yang akhirnya berimbas defisit anggaran kepada petani. Sedangkan perbedaan pendapatan antara Jawa dan luar Jawa terkait produktivitas kesuburan lahan pertanian di Jawa dan luar Jawa sehingga pendapatan di Jawa sedikit lebih kecil jika dibandingkan dengan di luar Jawa.
Landasan Teori dan Analisis
Kondisi pertanian dikatakan tidak menguntungkan karena terlalu bergantung pada alam, hal ini juga mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan berproduksi (risk and uncertanity) mengenai komoditas apa yang akan ditanam. Indonesia yang makanan pokoknya beras harus selalu bisa memenuhi stok aman nasional yang telah ditetapkan agar negara berada dalam posisi ”aman”. Tetapi sayangnya harga komoditas beras terus meningkat baik di pasar domestik maupun pasar internasional seperti pada grafik dibawah ini. Yang menjadi pertanyaan sekarang siapakah yang untung jika harga pangan
naik
Peter Timmer (2002), pengamat perekonomian Indonesia khususnya pangan dari Center for Global Development (CGD, pernah memberikan usulan untuk liberalisasi perdagangan beras di Indonesia, kebijakan membatasi impor beras membuat harga beras lokal mahal yang pada gilirannya akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkkan kemiskinan. Harga komoditi yang tinggi bisa mendatangkan multiplier effect tentunya dengan bantuan subsidi dari pemerintah. Sedangkan jika harga komoditi pertanian rendah berdasarkan hasil perhitungan hanya sekitar 20-25 % rumah tangga Indonesia akan lebih sejahtera bila harga beras tinggi, dan bukanlah mereka yang miskin, maka akan merugikan penduduk miskin. Tapi kebijakan harga yang rendah bukan kebijakan yang baik pula karena tidak menggerakan perkonomian pedesaan, yang tepat adalah menentukkan harga yang optimal yang tentu saja sulit untuk dilaksanakan.
Kemudian untuk mengurangi rawan pangan kita bisa melakukan 3 hal . Pertama, pemantapan sistem secara dini, intervensi memadai. Kedua, perbaikan manajemen usaha tani, inovasi kelembagaan dan Ketiga, meningkatkan pendapatan petani dari luar sektor pertanian. Dalam hal intervensi pemerintah sebaiknya benar-benar memberikan subsidi baik Blue Box (subsidi pupuk, benih, dll) maupun Green Box (subsidi untuk bencana alam, bantuan operasional, infrastruktur, irigasi, dll). Secara grafik Pada saat panen jumlah komoditas pertanian (Q) bertambah sedangkan harganya (P) turun karena inelastis sehingga harga pangan (P) turun dan pendapatan total petani (TR) akan turun. Kalau di negara maju jika P turun maka TR naik karena secara struktural ada subsidi dari pemerintah mereka sehingga petaninya sejahtera.
Subsidi yang terlalu berlebihan juga akan mematikan petani itu sendiri pada nantinya, kita mengenal hal ini dengan nama “swasembada at all cost”, yaitu apapun dilakukan untuk memberikan subsidi kepada pertanian, padahal masih ada sekktor lain yang memiliki return yang lebih tinggi dengan resiko yang kecil. Sebaiknya pemerintah menggunakan strategi ”swasembada on tren” dikaitkan dengan surplus dan defisit produksi, jika surplus maka pertanian akan swasembada, dan jika defisit mau tidak mau sector pertanian harus melakukan impor.
Teori Marginal Productivity of Capital oleh ekonom Pyndick juga bisa diadopsi sebagai gambaran input untuk mengeluarkan outputnya berupa komoditas pertanian. Untuk bisa meningkatkan produktivitas pertanian agar tidak melulu impor maka dikembangkanlah pertanian salah satunya dengan cara agrobisnis yang memang bukan hal yang baru lagi. Kesalahan sistem agrobisnis masa lalu sehingga kurang ada hasilnya hingga saat ini adalah pada masa lalu pada on farm produksi tidak mengembangkan sesuatu yang ada di hulu dan hilir. Oleh karena itu diperlukan supporting pollicies yang terkait dengan financing dan cost policy.

ISU ISU SEKTOR PERTANIAN


Penyelundupan


Di tengah kerja keras petani, persoalan penyelundupan telah menghancurkan usaha mereka. Kasus harga gula yang jatuh hingga Rp 2.600 per kilogram, padahal biaya produksi Rp 3.100 per kilogram pada tahun 2002, menjadi bukti bahwa petani dibiarkan menghadapi produk ilegal.

Kasus penyelundupan beras yang semula selalu dibantah oleh pejabat pemerintah, yang ternyata banyak terjadi, menyebabkan petani padi di berbagai daerah tidak bisa lagi menikmati harga dasar sebesar Rp 1.725 per kilogram gabah kering giling seperti yang ditentukan pemerintah .
Tidak perlu menunggu 100 hari untuk menuntaskan kasus ini. Dua kasus, yaitu penyelundupan 73.000 ton gula pada tahun 2004 dan penyelundupan beras sebanyak 60.000 ton, bisa diselesaikan kurang dari 100 hari. Bila dua kasus ini dituntaskan dengan menangkap seluruh pelaku, ini menjadi sinyal positif bagi petani.

Tanpa banyak mengeluarkan anggaran, penuntasan kasus ini akan meningkatkan gairah petani dalam memproduksi sejumlah komoditas pertanian. Penuntasan kasus ini juga menjadi tolok ukur sejauh mana penindakan penyelundupan di negeri ini. Bila didiamkan, penyelundup akan kebal. Akibatnya, penyelundupan akan lebih marak lagi. Belajar dari pemerintahan yang lalu, penuntasan kasus ini sangat membutuhkan koordinasi di antara anggota kabinet, mulai dari Menteri Keuangan yang membawahi Bea dan Cukai, kepolisian, hingga kejaksaan .

Konversi lahan

Pertumbuhan penduduk yang cepat diikuti dengan kebutuhan perumahan menjadikan lahan- lahan pertanian menciut di berbagai daerah. Lahan petani yang sempit makin terfragmentasi akibat kebutuhan perumahan dan lahan industri. Di sisi lain, daya tarik sektor pertanian yang terus menurun menjadikan petani cenderung melepas kepemilikan lahannya.
Petani lebih memilih bekerja di sektor informal dibandingkan dengan bertahan di sektor pertanian. Pelepasan kepemilikan lahan itu cenderung diikuti dengan alih fungsi lahan. Beberapa waktu yang lalu pemerintah telah memberi perhatian pada masalah ini. Salah satu yang penting dan diperlukan dalam masalah ini adalah data kecepatan konversi lahan per tahun. Dari data ini bisa diperkirakan dampak-dampak konversi itu.

Bukan hanya itu, kebijakan pemerintah lainnya juga bisa terarah, seperti kebijakan pembangunan perumahan dan kebijakan pembangunan jalan raya. Selama ini perumahan dan jalan raya mudah sekali mengambil lahan pertanian kelas satu atau yang beririgasi 
teknis.
Masalah konversi lahan juga bisa teratasi bila pemerintah daerah sangat ketat dalam hal penataan ruang. Pemerintah daerah harus tegas melarang pembangunan perumahan dan industri yang hendak menggunakan lahan di kawasan pertanian.

Penyakit hewan

Masalah peternakan kadang disepelekan. Dengan perkembangan perdagangan dunia yang diikuti dengan makin meningkatnya lalu lintas produk pertanian antarnegara, masalah penyakit hewan makin perlu dicermati.
Ketegasan pemerintah dan pengetahuan yang mencukupi mengenai masalah perdagangan internasional diperlukan dalam menghambat masuknya berbagai jenis penyakit hewan dari luar negeri. Wabah penyakit mulut dan kuku, flu burung, dan penyakit sapi gila di beberapa negara cukup menjadi pelajaran yang berharga bagi kita bahwa penyakit itu telah menghancurkan pertanian sejumlah negara.

Produk impor

Berbagai produk pertanian impor telah masuk ke negeri ini. Sangat diperlukan sikap dan pandangan pemerintah mengenai produk-produk ini. Sikap dan pandangan ini akan memberi visi yang jelas bagi dunia usaha, peneliti, dan Departemen Pertanian dalam menjalankan kegiatan.
Isu-isu produk impor sangat sensitif bagi petani. Akan tetapi, melarangnya secara total juga akan mempersulit diplomasi perdagangan internasional. Serangan balik akan diterima jika tidak berhati-hati dalam melakukan pelarangan.
Apa pun yang diputuskan harus memberi gambaran yang jelas bagi semua pihak yang disertai dengan berbagai keuntungan dan risikonya. Keberanian pemerintah untuk membuat keputusan sangat diperlukan. Contoh yang jelas adalah dikeluarkannya kebijakan pengaturan impor gula dan penutupan impor beras yang dilakukan Depperindag beberapa waktu yang lalu.

Kekeringan

Isu sensitif lainnya di sektor pertanian adalah kekeringan. Di kalangan media massa, isu kekeringan kerap kali menjadi isu yang seksi sehingga begitu muncul kekeringan di suatu daerah gampang sekali diangkat menjadi isu yang besar. Padahal, kerap kali isu kekeringan hanyalah isu lokal.
Meski demikian, pemerintah harus melihat kenyataan rusaknya lingkungan di daerah tangkapan air sedemikian parah telah menjadikan kekeringan makin parah, hingga tanpa penyimpangan iklim pun kekeringan sudah sangat parah. Lihat saja kekeringan tahun lalu di atas 400.000 hektar dengan lahan puso sekitar 100.000 hektar, padahal pada waktu itu tidak terjadi penyimpangan.
Pemerintah tidak perlu menutup-nutupi kasus kekeringan. Cara-cara lama menutupi sebuah kasus dengan tujuan menenangkan rakyat tidak perlu lagi dilakukan. Keterbukaan dalam kasus ini yang diikuti dengan sejumlah upaya yang akan dilakukan pemerintah akan menenangkan petani dan masyarakat.
Bioteknologi
Isu bioteknologi, lebih tepatnya isu produk transgenik, dalam bidang pertanian akan makin muncul ke permukaan. Pertanyaannya, produk transgenik akan menjadi solusi atau menjadi masalah bagi kita? Kejelasan sikap pemerintah akan memberi gambaran yang jelas bagi dunia usaha dan peneliti untuk mengembangkan produk ini.
Kasus kapas transgenik beberapa waktu lalu telah menjadikan isu produk transgenik menjadi sangat sensitif dan melenceng. Kesalahan-kesalahan prosedur yang disertai dugaan suap telah membuat perdebatan terkait produk-produk transgenik menjadi tidak produktif.
Pemerintah perlu membuka kembali kasus kapas transgenik ini untuk memperlihatkan kepada publik tentang persoalan yang sebenarnya. Apalagi perusahaan yang mengembangkan kapas itu telah melaporkan adanya sejumlah dugaan suap dan penyalahgunaan dana dalam kasus itu .
Isu lainnya
Berbagai isu lainnya masih akan mewarnai sektor pertanian kita pada beberapa tahun mendatang. Isu perdagangan internasional dan perjuangan kita di forum dunia menjadi salah satu kunci penting bagi perlindungan sektor pertanian. Banyak negara mengambil pilihan melindungi petani dalam negeri daripada membiarkannya masuk pasar bebas. Kita memilih yang mana?
Persoalan harga dasar gabah, kelangkaan pupuk, banjir, tekanan produk impor juga masih akan menjadi persoalan bagi petani. Sengketa perdagangan internasional terkait produk pertanian juga bisa muncul.
Kurangnya ketertarikan tenaga kerja muda di sektor pertanian mulai muncul. Generasi muda cenderung meninggalkan sektor pertanian, untuk itu mekanisasi pertanian perlu menjadi alternatif pemecahan. Masih banyak isu pertanian lainnya yang memerlukan perhatian pemerintah.

Pemilihan umum telah usai, pemerintah baru telah terbentuk, kini saatnya petani menagih janji. Petani hanya menginginkan agar pemerintah memberi iklim usaha yang nyaman bagi mereka.
Kesimpulan

Permasalahan sektor pertanian kian hangat dibicarakan. Mulai dari nasib sektor pertanian pada negara berkembang masih diundervaluekan dari sektor yang lain sampai dengan tanpa kita disadari telah banyak kerusakan lahan yang terjadi akibat aktivitas eksploitasi pertanian di bumi yang kita cintai ini.
Banyak penyebab signifikan yang mengundervaluekan sektor pertanian, diantaranya dilihat berdasarkan alam (banjir, kering, hama, dll), ekonomi (harga jual turun terus sedang input naik, spread antara petani dan konsumen lebar), sosial (20 juta petani menanam di kurang dari ¼ hektar dan tidak efisien, 40% penduduk bekerja di sektor pertanian). Selain faktor yang telah disebutkan, faktor penyebab berikutnya adalah produktivitas yang minim yang bisa kita minimalkan dengan peningkatan kualitas skill dan peduli akan sustainable development.
Melalui teori Marginal Productivity kita dapat menganalisis pentingnya sektor pertanian dan bagaimana memanfaatkan lahan agar dapat awet. Hal ini dapat diaplikasikan dengan baik agar meminimalisir dan mencegah dampak kerusakan lahan yang akan berpengaruh pada stabilitas makro ekonomi (terutama inflasi), ketahanan pangan, pengangguran, dan kemiskinan. Pada dasarnya, kebijakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dalam sektor pertanian pada tulisan ini menjadi poin penting terciptanya produktifitas pertanian yang berkelanjutan dan meminimalisir cost yang terjadi akibat rusaknya lahan pertanian.
Daftar pustaka
agrimedia.mb.ipb.ac.id/.../2010-07-06_lala_Kolopaking-Sektor_Pertanian_Yang_Memakmurkan.doc
assets.wwfid.panda.org/downloads/sektor_pertanian.pdf

detiknews - detiknews

Kaskus - The Largest Indonesian Community

Apple Hot News